Selasa, 22 Oktober 2013

Jadi Guru Di Almamater - Bagian II



Tidak akan pernah ada yang mudah dalam kehidupan ini jika senantiasa dibuat sulit. Atau sebaliknya,  tidak ada sesuatu yang sulit jika dilakukan dengan penuh kesederhanaan. Mengabdi pada kehidupan adalah kewajiban semua manusia beradab. Berburu bagi kematian adalah tindakan biadab. Pendidikan adalah bagian utama pengabdian pada kehidupan manusia beradab. Pengertian inilah yang saya pahami dari pergulatan hidup sepanjang usia dewasa.

Pendidikan bukan saja memindahkan pengetahuan atau sering disebut dengan istilah transfer ilmu dari pendidik kepada pesertanya. Lebih dari itu, pendidikan adalah suatu proses memaknai nilai-nilai kehidupan manusia beradab. Melalui pendidikan, manusia saling berinteraksi dalam kesetaraan derajat. Dengan bekal pengalaman, pendidik menyampaikan pengetahuan yang pernah ia dapatkan di lingkungan formal maupun dalam pergaulan hidupnya. Boleh jadi, pemahaman ini yang dimaksudkan dalam pengertian pendidikan dengan sentuhan hati atau pendidikan yang menyertakan budi pekerti.

Pendidikan berbasis kesetaraan (peer education) jika dimaknai secara luas dan dalam, akan mendorong peserta didik memahami diri dan lingkungannya. Untuk memahami dirinya, sesorang tak harus belajar secara khusus di sekolah kepribadian. Dan agar mengetahui dengan jelas keadaan lingkungan, pelibatan sosial adalah cara terbaik memasukkan nilai-nilai keadaban atau budi pekerti. Pendidik, peserta didik dan masyarakat saling berinteraksi dalam satu kegiatan yang suasananya dapat disiapkan (by design). Jika diperluan penilaian, pendidik dapat menyediakan suatu daftar yang berisi beragam unsur terurai seperti halnya sebuah urutan perguliran acara (run down). Dalam hal ini, pendidik akan bertindak selaku sutradara, penulis skenario dan pemegang peran tertentu. Tidak sulit, cukup dengan belajar dan terus berlatih.


Ada satu fenomena yang cukup menarik tengah terjadi di dalam dunia pendidikan Indonesia saat ini setelah ditutupnya sekolah atau perguruan tinggi dengan kekhususan pendidikan. Setelah penutupan SPG (Sekolah Pendidikan Guru) pada dasawarsa 1980 – 1990, menyusul IKIP (Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan) pada dasawarsa berikutnya. Konon, banyak orang yang berprofesi guru atau dosen adalah jalur pelarian yang menampung sisa-sisa siswa atau mahasiswa yang tak laku di jurusan atau profesi lain. Barangkali, hal ini akan menjadi bahan perbincangan menarik.

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.