Minggu, 20 Oktober 2013

Jadi Guru di Almamater - Bagian I

Gambar sampul akun twitter @onkitom

Membawa Kebiasaan  Saat Jadi Relawan Kemanusiaan

Saat menerima telepon dari istri yang intinya mengabarkan kedatangan Ibu Yosephine Fajar Winarni (Bu Yos) selaku Kepala SMA Masehi Kebumen ke rumah, ada rasa heran dan penasaran. Apalagi maksudnya adalah berharap agar saya dapat membantu almamater mengampu mata pelajaran Ekonomi karena ada kekosongan setelah guru sebelumnya menyatakan mundur. Pada saat yang sama, saya sedang berada di lingkungan Kampoeng Relawan di tengah arena Temu Karya Nasiona V Relawan PMI 2013 di Selorejo, Ngantang, Kabupaten Malang. 

Kebetulan, saat itu sedang dipercaya sebagai pak Lurah dan tengah menyiapkan materi dan personil yang akan ikut Sarasehan Pengembangan Kapasitas Relawan dengan pemateri Ketua DPR RI, Dr. Marzuki Alie. Dan sorenya jadi moderator acara Stand Up Volunteer (Ngobrol Ser-san dengan Sekjen, Kepala Divisi Relawan serta Kepala Divisi IT PMI Pusat). Karena itu, saya minta waktu dua tiga hari agar dapat memberi jawaban pasti. Pertimbangan utama sederhana, jadwal dan pendelegasian wewenang di Kampoeng Relawan yang baru dibentuk oleh para relawan PMI yang mandiri dan profesional. Terutama alokasi waktu dalam mengawal perjalanan RUU Kepalangmerahan yang harus disahkan paling lambat akhir tahun 2013 ini.

Di Surabaya, saya menyampaikan jawaban atas permintaan Bu Yos tadi melalui layanan pesan singkat. Saya bisa mengalokasikan waktu dua hari diawal minggu. Dan ketika hadir pada undangan bagi tugas di ruang guru, saya dikenalkan oleh Bu Yos kepada rekan sejawat. Ada rasa bahagia dan bangga punya kesempatan langsung terlibat dalam proses belajar mengajar di SMA yang telah saya tinggalkan sekitar 33 tahun lalu. Tanpa ragu saya katakan kepada Bu Ning Murwati, guru mata pelajaran Kimia dan Biologi selama saya bersekolah di SMA Masehi. Bahwa, meski sekarang jadi teman, tak hilang rasa hormat dan terima kasih saya kepada beliau. Karena sampai sekarang masih tahu cara dan mampu menghafal sistem periodik unsur. Singkat kata, berbekal niat mengamalkan ilmu dan pengalaman di berbagai aktivitas, saya kuatkan langkah, asa dan doa.

Kepada para siswa kelas XII, Bu Yos mengenalkan saya sebagai guru baru yang mengampu mata pelajaran ekonomi. Ucapan pertama, saya katakan sebagai alumni tahun 1980/1981. Banyak beraktivitas di lapangan kebencanaan sebagai relawan PMI dan sedikit bercerita pengalaman dipercaya mengelola manajemen logistik pada fase ERO (Emergency Response Operation) Gempa D.I. Yogyakarta dan Jawa Tengah di Markas PMI Kabupaten Bantul yang bernilai ratusan miliar rupiah. Bukan itu yang terpenting,  tapi melakukan penilaian awal seperti halnya langkah pertama dalam memberikan pertolongan pertama. 

Di depan siswa yang lima orang itu, saya menguji respon berdasarkan tanda vital. Meski belum maksimal, tingkat kesadaran siswa datang ke sekolah adalah sebuah indikasi kuat bahwa " tanda-tanda kehidupan" itu ada. Semangat juang mereka adalah energi positif yang harus dipelihara dan dikuatkan. Dalam konteks pertolongan pertama, kondisi umum siswa kelas XII sehat. Tidak seperti kesan sebagian orang yang beranggapan bahwa kondisi siswa dan suasana kegiatan belajar mengajar di SMA Masehi Kebumen itu mati suri. Dengan hasil penilaian tersebut, mereka sebenarnya siap untuk melakukan aktivitas normal seperti halnya siswa di sekolah lain.        

Pengalaman selaku pelatih Palang Merah Remaja (PMR) di berbagai sekolah dan daerah membawa manfaat besar dalam mengupayakan penggalian potensi siswa. Terutama materi Pendidikan Remaja Sebaya (PRS) yang intinya adalah ajakan hidup sehat yang dilakukan oleh dan untuk remaja seusia. Praktiknya tidak terlalu sulit. Cukup melakukan peran sebagai remaja seusia mereka saat berinteraksi. Di sisi ini, banyak pengalaman bergaul dengan para pekerja seni teater yang sangat bermanfaat menguatkan upaya itu. Dengan gaya mereka, saya bisa menyampaikan materi dengan lebih leluasa dan terus berkembang. 

Cara ini pernah saya lontarkan kepada Wakil Kepala Bidang Kurikulum yang juga alumni SMA Masehi Kebumen tahun lulus 1983/1984, Ibu Dra. Tri Handari. Tanggapan awal memang belum positif dan terus diupayakan dengan banyak pendekatan lain yang variatif. Sesekali, dalam  menyampaikan materi pelajaran dengan gaya bergurau dan di lain kesempatan mimik yang sangat serius seperti ekspresi orang yang kaku hati. Tapi tak pernah bosan mengatakan bahwa mereka punyai potensi yang harus segera disadari dan dikembangkan untuk kemanfaatan diri di masa depan. 

"Tidak ada siswa bodoh. Yang ada adalah malas atau rajin belajar". Pilihan ada di tangan kalian! Begitu cara memotivasi semangat belajar mereka. Cara ini adalah serapan dari pendekatan ketrampilan hidup (life skill) yang merupakan bagian utama dalam pelatihan kepalangmerahan. Begitu juga dengan masukan yang diadaptasi dari iklan inspiratif semisal : "berpikir biasa, bertindak luar biasa" dan lain-lain.  Dan saya telah membuktikan kehebatan pepatah kuno "pengalaman adalah guru terbaik". (bersambung)

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.